LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI
PHANEROGAMAE
“PINOPHYTA”
(CYCADOPSIDA, CONIFEROPSIDA DAN
GNETOPSIDA)
![]() |
Disusun Oleh
Nama :
Deden
Apriandi
NIM :
1413163062
Kelas/ Semester :
Biologi- A/ IV
Kelompok : 3 (Tiga)
Asisten
Praktikum : - Ali Nurdin
-
PUSAT
LABORATORIUM IPA
BIOLOGI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN
)
SYEKH NURJATI CIREBON
2015
PINOPHYTA
(CYCADOPSIDA,
CONIFEROPSIDA, DAN GNETOPSIDA)
A.
Tujuan
1)
Menemukan
ciri-ciri khusus spesies tumbuhan yang termasuk pada Divisi Pinophyta
2)
Membedakan
ciri-ciri tumbuhan pada kelas-kelas yang termasuk dalam Divisi Pinophyta
B.
Dasar Teori
Pinophyta
atau Gymnospermae merupaka suatu kelompok tumbuhan yang sudah ada sejak zaman
Palaeozoikum. Kelompok-kelompok yang lebih kecil dari Pinophyta berkembang pada
akhir Palaeozoikum dan awal mesozoikum kemudian menyusut pada akhir mesozoikum
seiring dengan punahnya dinosaurus. Pada kenozoikum hanya tinggal 4 kelas
dengan adanya penambahan kelompok Gnetopsida. Di daerah tropis hanya ditemukan
3 kelas yaitu Cycadopsida, Coniferopsida, dan Gnetopsida. Pinophyta adalah tumbuhan berpembuluh yang menghasilkan biji,
Pinophyta berbeda dengan tumbuhan berbunga (Angiospermae) karena bakal biji
pada tumbuhan Pinophyta telanjang, tidak tertutup oleh daun buah (Carpel). Bakal
bijinya terdapat pada daun yang termodifikasi atau pada ujung-ujung daun
tertentu. Bakal biji tersebut bersama-sama membentuk kerucut (Strobilus).
(Anonim. 2014)
Tumbuhan kelompok Pinophyta mempunyai ciri yaitu :
1. Memiliki habitus semak, perdu atau pohon
2. Bakal biji tidak terlindungi oleh daun buah.
3. Berakar tunggang
4. Umumnya berupa pohon.
5. Mempunyai akar, batang, dan daun sejati.
Beberapa hal lain yang membedakan Pinophyta dari
Magnoliophyta adalah ;
1. Tidak adanya pembuahan ganda.
2. Tidak adanya pembuluh trakea pada xilem, kecuali pada sub divisio
Gnetophytina.
3. Tidak adanya sel pengantar pada xilem.
4. Adanya gametofit betina yang terdiri dari banyak sel.
5. Adanya arkegonium pada gametofit betina (kecuali pada Gnetum dan
Welwitschia)
6. Sebagian besar berupa tumbuhan berkayu.
Divisi Pinophyta dibagi menjadi 4 kelas namun sekarang
dianggap sebagai divisi tersendiri, (Anonim, 2013) yaitu :
1. Cycadopsida
Kelompok tumbuhan ini mulai muncul menjelang akhir
zaman Palaeozoikum. Habitus menyerupai palma, batang berkayu, tidak atau
sedikit sekali bercabang, teras besar, empulur korteks tebal dan mengandung
saluran resin. Ukuran daun besar tersusun dalam roset batang, majemuk, daun
berbagi menyirip atau menyirip, daun muda tergulung seperti daun paku, Sporofil
tersusun dalam strobilus yang berumah dua. Strobilus selalu Terminal, tanpa
bagian-bagian yang menyerupai daun pada pangkalnya. Biji terdapat pada
megasporofil bergabung dalam strobilus (sporofil berbentuk sisik dengan dua
bakal biji) kecuali pada Cycas megasporofil tersusun spiral pada batang begitu
juga pada mikrosporofil tersusun dalam strobilus jantan. Jumlah ovuli dua atau
lebih pada tiap megasporofil. Mempunyai dua ovulum, Kelas ini hanya terdiri
dari 1 Ordo Cycadales dengan 1 famili Cycadaceae. Spesies yang termasuk kelompok
Cycadopsida yaitu Cycas rumphii.
2. Pinopsida atau Coniferopsida
Tanaman berupa pohon, daun berbentuk jarum, serta ada
yang berumah satu dan berumah dua, pohon pinus dan cemara banyak hidup di Eropa
bagian pegunungan. Di Eropa tanaman pinus dan cemara disebut evergreen, artinya
daunnya tetap hijau sepanjang masa. tumbuhan dari ordo ini banyak dimanfaatkan
oleh manusia. Misalnya, batang pinus digunakan untuk bahan industri kertas dan
korek api. Sedangkan damar digunakan untuk minyak terpentin dan obat - obatan.
Selain itu, cemara juga dapat digunakan sebagai tanaman hias. Manfaat dan
kegunaan tanaman tersebut merupakan peluang dalam agribisnis, kelas ini terdiri
dari empat Ordo yaitu Taxales, Araucarales, Podocarpales dan Pinales, dan
contoh spesiesnya adalah pinus atau tusam (Pinus merkusii), damar (Agathis
alba), dan cemara (Araucaria cunning hamii).
3. Gnetopsida
Divisi ini meliputi 3 genera
yaitu Gnetum, Epedhra, Welwitschia. Gnetum mempunyai 30
jenis meliputi tumbuhan yang berupa pohon dan merambat dengan daun yang tebal
dan besar seperti kulit, menyerupai daun tumbuhan dikotil. Tumbuh di daerah
tropis. Ephedra meliputi 35 jenis, pada umumnya berupa tumbuhan semak dengan
daun kecil seperti sisik dan batang bersambungan satu sama lainnya. Tumbuh
didaerah kering atau gurun. Welwitschia merupakan tumbuha berpembuluh paling aneh.
Sebagian besar tubuhnya teertanam dalam tanah berpasir. Bagian yang muncul di
atas tanah berupa cakram besar berkayu berbentuk konkaf dengan dua daun yang
berbentuk pita. Cabang yang menghasilkan strobilus tumbuh dari jaringan
meristem yang ada di bagian tepi cakram. Banyak ditemukan di gurun. Anggota
Gnetophyta mempunyai karakteristik seperti tumbuhan Angiospermae, misalnya
antara strobilusnya dengan bunga majemuk pada Angiospermae, adanya trakea di
dalam xilemnya, serta tidak adanya arkegonia pada Gnetum dan Welwitschia.
4. Gingkopsida
Salah satu anggotanya adalah Ginkgo biloba,
tanaman ini mudah dikenali karena bentuk daunnya seperti kipas dengan tulang daunnya
yang bercabang menggarpu. Tingginya dapat mencapi 30 meter atau lebih, tanaman
ini bersifat desiduos, daunnya berubahmenjadi berwarna keemasan sebelum gugur.Gynkgophyta mempunyai
ovulum dan mikrosporangia yang terdapat pada individu yang berlainan.
Ovulumnyaberpasangan pada ujung cabang pendek dan ketika masak menghasilkan
biji yang berdaging. (Gembong, 2010: 112)
Pinophyta merupakan kelompok tumbuhan purba yang
diperkirakan muncul pertama kali pada zaman kereta atau jura, dan mengalami
kelimpahan pada zaman paleozoic dan mesozoic. Dari semua sisa yang masih hidup,
kurang lebih tujuh ratus spesies merupakan tumbuhan berkayu. Komponen utama
xilem pada sebagian besar anggota Pinophyta adalah trakeid sebagai penyalur air
dan struktur penunjang. Pembuluh kayu pada pertumbuhan skunder hanya ditemukan
pada anggota orde gnetles. (Anonim, 2008)
Keprimitifan/kemajuan suatu takson dalam Pinophyta
ditentukan oleh kemajuan /keprimitifan cirri yang dimilikinya. Pola percabangan
yang monopodial lebih primitive daripada pola percabangan simpodial. Letak
strobilus yang aksilaris menunjukkan cirri lebih primitive dibanding dengan
jumlah yang sedikit. Pertulangan daun yang belum berpola lebih primitive
daripada yang sudah berpola. Begitu juga keadaan daun muda yang menggulung
menunjukkan cirri primitive. (Anonim,2014). Pola
percabangan yang monopodial lebih primitive daripada pola percabangan
simpodial. Letak strobilus yang aksilaris menunjukkan cirri lebih primitive
dibanding dengan jumlah yang sedikit. Pertulangan daun yang belum berpola lebih
primitive daripada yang sudah berpola. Begitu juga keadaan daun muda yang
menggulung menunjukkan cirri primitive.
Jika
ciri-ciri ptimitif diberi skor rendah, sedangkan cirri maju diberi skor tinggi,
maka perolehan skor tinggi menunjukkan spesies atau takson yang memilikinya
lebih maju. Tetumbuhan runjung atau Pinophyta, atau lebih dikenal
dengan nama konifer (Coniferae), merupakan sekelompok tumbuhan berbiji terbuka
(Gymnospermae) dengan ciri yang paling jelas yaitu memiliki runjung
("cone") sebagai pembawa biji. Kelompok ini dulu dalam klasifikasi
berada pada takson "kelas" namun sekarang menjadi divisio tersendiri
setelah diketahui bahwa pemisahan Gymnospermae dan Angiospermae secara
kladistik adalah polifiletik. Kurang lebih
ada 550 spesies anggota divisio ini, berbentuk berupa semak, perdu atau pohon.
Kebanyakan anggotanya memiliki tajuk berbentuk kerucut dan memiliki daun yang
memanjang (lanset) atau berbentuk jarum (sehingga dikenal juga sebagai tumbuhan
berdaun jarum). Tumbuhan runjung kebanyakan
tersebar di daerah beriklim sedang. Bentuk daunnya yang sempit sangat adaptif
dengan suhu yang rendah yang menjadi ciri khas daerah tersebut. Genus Agathis, umumnya disebut damar, atau dalam bahasa
Maori disebut kauri, adalah genus dari 21 spesies pohon yang berdaun sepanjang
tahun dari famili konifer purba Araucariaceae. Pohon-pohon ini bercirikan
batang yang sangat besar dan percabangan sedikit atau tidak pada beberapa
bagian ke atas. Pohon muda biasanya berbentuk kerucut; hanya saat dewasa
tajuknya menjadi lebih membulat atau tidak beraturan. Kulit batang Agathis
robusta di Melbourne Royal Botanic Gardens (daun-daun adalah milik tumbuhan
lain), Kulit kayunya lembut dan berwarna
abu-abu muda atau cokelat abu-abu, biasanya mengelupas menjadi
serpihan-serpihan yang menebal pada pohon yang lebih tua. Struktur cabangnya
seringkali horizontal, atau menaik saat lebih besar. Cabang paling bawah
seringkali meninggalkan luka cabang melingkar bila mereka tanggal dari batang
yang berada lebih di bawah. Daun muda pada
semua spesies Agathis lebih besar daripada daun tua, lebih atau kurang lancip,
bermacam-macam bentuknya di antara spesies dari bentuk ovata (membulat telur)
hingga lanceolata (panjang, lebar di tengah). Daun tua berlawanan, bentuk elips
hingga linier, sangat kasar dan cukup tebal. Daun muda seringkali berwarna
merah tembaga, kontras dengan dedaunan musim sebelumnya yang biasanya hijau
atau hijau-berserbuk. Runjung serbuk sari
jantan muncul biasanya hanya muncul pada pohon yang lebih besar setelah runjung
biji muncul. Runjung biji betina biasanya berkembang pada anak cabang samping
yang pendek, menjadi dewasa setelah dua tahun. Bentuknya umumnya oval
(Campbell, 2008 :315)
C. Alat dan Bahan
1.
Alat
a. Alat tulis
b. Lup
c. Penggaris
d. Cutter
2. Bahan
a. Family Cycadaceae : Cycas rumphii (pakis haji)
b. Family Pinaceae : Pinus Merkusii (Pinus)
c. Family Gnetaceae : Gnetum gnemon (Melinjo)
D. Langkah Kerja
1. Diamati setiap spesimen tumbuhan yang ada dalam hal habitus, pola
percabangan, dan bentuk / segi penampang melintangnya.
2. Diamati daunnya dalam hal filotaksis, komposisi, pertulangan, bentuk dan tepian
daunnya.
3. Diamati dan dibandingkan alat reproduksinya, yaitu : letak dan bentuk
strobilus ketiga tumbuhan tersebut.
4. Diamati dan dibandingkan letak dan bentuk mikrosporofil dan makrosporofil
ketiga tumbuhan tersebut.
5. Digambar bagian-bagian tumbuhannya yaitu : percabangan tumbuhan, srtobilus
jantan dan strobilus betina, makrosporofil dan mikrosporofil yang diamati dan
diberi nama bagian-bagian tumbuhan tersebut.
E. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan kali ini
yaitu mengamati morfologi tumbuhan dari spesies pinophyta yaitu dari kelas
Cycadopsida (Cycas rumphii), kelas Coniferopsida (Pinus Merkusii),
dan kelas Gnetopsida (Gnetum gnemon).
Berdasarkan teori, Divisi Pinophyta memiliki biji yang terbuka. Biji tersebut
merupakan alat kelamin tumbuhan yang di dalamnya memiliki sel kelamin. Jika
pada Magnoliophyta tersimpan dalam bakal biji pada bunga, sedangkan pada
Pinopyta berupa strobilus. Pada setiap spesimen tersebut, bagian yang diamati
yaitu meliputi ciri-ciri umum dari batang, daun, strobilus, mikrosporofil,
makrosporofil, hingga distribusi seks dari setiap spesimen tersebut.
Masing-masing spesimen yang telah diamati ternyata memiliki kekhasan
tersendiri.
![]() |
Kingdom : Plantae
Divisio :
Pinophyta
Classis :
Cycadopsida
Ordo :
Cycadales
Family :
Cycadaceae
Genus : Cycas
Species : Cycas
rumphii
Cycas rumphii atau lebih dikenal
dengan sebutan pakis haji dilihat berdasarkan batangnya pada saat
melihat tanamannya langsung ketika mengambil strobilus, terlihat memiliki
habitus pohon dan terlihat berjenis monopodial karena sumbu utama batang dari
bawah hingga atas terlihat jelas. Kemudian segi penampangnya terlihat bulat.
Sedangkan bagian daun, strobilus, hingga makrosporofil dan mikrosporofilnya
diambil dan diamati lebih lanjut di laboratorium.
Daun Cycas rumphii terlihat berjenis
daun majemuk. Kemudian pada pertulangan daunnya terlihat sejajar. Daun Cycas
umphii pada bagian tepinya terlihat rata dengan bentuknya yang
memanjang dan filotaksisnya roset. Cycas rumphii yang diamati
berjenis kelamin betina, karena berdasarkan teori pada gambar yang ada di buku,
memperlihatkan bahwa strobilus yang bentuk jungnya runcing dengan sisi kanan
dan kiri berlekuk seperti keris dan memiliki bulatan-bulatan pada ketiak
lekukan tersebut merupakan jenis betina, atau perletakan tersebut disebut juga
aksilar. Makrosporofil pada Cycas rumphii terdapat pada
bulatan-bulatan hijau dibagian strobilus. Jumlah makrosporofil yang di amati
tersebut terdapat sebanyak tujuh buah. Sedangkan strobilus jantan berdasarkan
teori terdapat pada bagian terminal (ujung), namun pada kelompok satu tidak
mengamati strobilus jantan secara langsung karena tidak adanya ketersediaan
spesimen Cycas rumphii jantan. Namun dapat diketahui secara teori, Cycas
rumphii jantan terdapat di tengah tumbuhan tersebut dan bentuknya
seperti kerucut. Dibawah ini contoh strobilus jantan pada pakis haji (Cycas
rumphii).

Jadi jelas dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi seks Cycas
rumphii adalah dioecious karena pada saat pengambilan strobilus pada
satu tumbuhan hanya ditemukan strobilus berjenis betina saja. Sedangkan pada
jantan terdapat pada tumbuhan yang lain, atau bisa dikatakan bahwa dalam satu
tumbuhan hanya memiliki salah satu jenis kelamin saja. Berikut ini gambar
strobilus Cycas rumphii betina:
Habitat pakis haji atau
Cycas rumphii ini seringkali tumbuh disepanjang’pantai. Biji mentahnya beracun akan tetapi bijinya dapat dimakan dan doilah menjadi tepung. Daun yang paling muda dimakan sebagai sayur. Batangnya dapat menghasilkan semacam sagu. Tapal dari biji dan pepagan dipakai untuk menyembuhkan pegal-pegal dan gangguan kulit. jenis ini juga penting sebagai tanaman hias. Getah Cycas rumphii berkhasiat sebagai obat disentri, rambut batangnya untuk mengobati luka baru dan daunnya untuk pembersih darah sehabis melahirkan.Untuk obat disentri dipakai iebih kurang lima belas tetes getah batang Cycas rumphii, ditambah 1 sendok makan madu dan 1/4 gelas air matang.
Spesimen selanjutnya
yang diamati setelah pakis haji (Cycas rumphii) yaitu dari Family
Pinaceae yaitu Pinus merkusii. Pinus merkusii sekilas mirip seperti
cemara, namaun jika dilihat lebih detail, antara keduanya memiliki perbedaan
yang sangat mencolok. Maka, spesimen yang di bawa dalam praktikum tidak boleh
sampai salah mengambil jenis spesimennya. Pada daun Pinus merkusii,
satu daun memiliki satu cabang, sehingga seperti terlihat terdapat dua jarum,
karena bentuk daunnya berbentuk jarum. Selain itu Pinus merkusii permukaan
daunnya halus dan tidak bersegmen. Sedangkan pada cemara, daunnya memang sama
seperti pinus yaitu berbentuk jarum namun pada cemara tidak bercabang. Selain
itu, pada daun cemara terlihat seperti terdapat segmen-segmen pada daunnya. Berdasarkan
teori, Pinus merkusii termasuk ke dalam kelas yang berbeda
dengan dua spesimen yang lainnya, yaitu kelas coniferopsida. Berikut ini adalah
klasifikasi Pinus merkusii:
Kingdom :
Plantae
Divisio :
Pinophyta
Classis :
Coniferopsida
Ordo
: Pinales
Family :
Pinaceae
Genus : Pinus
Species : Pinus
merkusii
Habitus batang Pinus merkusiiterlihat
sangat jelas berjenis pohon, karena berbahan kayu yang keras. Bentuk atau segi
penampang batang Pinus merkusiiterlihat bulat. Pinus
merkusii dari pangkal batang hingga ujung terlihat jelas sumbu utamanya,
sehingga digolongkon ke dalam jenis monopodial. Daun Pinus merkusii letaknya
tersebar. Daun Pinus merkusii terlihat berjenis daun majemuk
karena dalam satu daun terlihat dua helaian atau bercabang. Tepi daunnya
terlihat rata dengan pertulangan pita. Distribusi seks Pinus merkusii yaitu
monoceous, karena dalam satu tumbuhan terdapat strobilus jantan dan betina.
Pada strobilus jantan terletak di ujung (terminal) spiral dengan mikrosporofil
yang terletak pada ujung (terminal) juga. Mikrosporofil ini terdapat di dalam
strobilus dan jumlahnya banyak. Bentuk strobilus jantan berbentuk memanjang.
Sedangkan strobilus betina terdapat di ketiak daun (aksilar) dengan
makrosporofil yang terletak di ketiak daun pula (aksilar). Jumlah makrosporofil
ini berjumlah banyak. Bentuk strobilus betina lebih membulat dan terdapan
lekukan-lekukan. Berikut ini gambar strobilus Pinus merkusii:
Pohon Pinus juga memiliki banyak manfaat selain digunakan untuk Pohon Natal juga
digunakan sebagai aroma terapi. Pohon pinus ini juga menyimpan manfaat lain untuk kesehatan, diantaranya diambil
getahnya dan berguna untuk :
Ø Flavonoid dan vitamin C
Pada tahun 1940-an peneliti Prancis menemukan bahwa kulit pohon pinus dan
daun jarumnya mengandung banyak vitamin C. Tak hanya itu, mereka juga menemukan
bahwa pohon pinus sarat akan antioksidan, yaitu flavonol dan bioflavonoid. Senyawa
ini kemudian diekstraksi menjadi Pycnogenol dan dipasarkan menjadi suplemen diet.
Pycnogenol juga digunakan sebagai obat jet lag, meringankan peredaran darah,
nyeri lutut, kram menstruasi, bahkan obat untuk meningkatkan memori pada orang
lanjut usia.
Ø Mengurangi stres
Penelitian di Universitas Kyoto Jepang menunjukkan bahwa berjalan-jalan di
hutan pinus selama 15 menit per hari mampu menurunkan stres. Jika di daerah
Anda sulit menemukan hutan pinus, maka ini bisa diganti dengan menggunakan
minyak esensial pinus atau cemara. Selain meredakan stres, aroma pinus juga
bisa menenangkan emosi.
Ø Sembuhkan bronchitis
Kemampuan pinus tak hanya untuk menenangkan diri, tetapi juga bisa
meredakan pilek, sinus, sesak napas, dan ronchitis. Caranya mudah, tambahkan
tiga tetes minyak esensial pinus pada semangkuk air panas. Kemudian tutupi kepala
Anda dengan handuk, dan hirup aroma pinus melalui hidung danmulut.
Ø Redakan nyeri otot
Minyak pinus juga bisa digunakan untuk meredakan nyeri otot. Caranya,
tambahkan lima tetes minyak pinus dengan dua sendok minyak sayur. Lalu pijatkan
pada bagian tubuh yang nyeri otot. Namun pilih minyak pinus P. Pinaster, bukan
Scotch pinus (P.sylvestris). Scotch pinus bisa membuat kulit iritas.


Serbuk
bunga pinus adalah sel pertumbuhan inti bunga pohon pinus, merupakan ekstrak
pohon pinus, mengandung gizi yang kaya, dengan menyatukan unsur kehidupan yang
berjumlah besar, termasuk berbagai protein, asam amino, mineral, enzim dan
tambahan enzim, asam nukleat, flavonoid, gula tunggal, poli-sakarida, dll.,
semuanya berjumlah lebih dari 200 jenis, dapat memberi suplemen yang
menyeluruh, mengimbangkan gizi yang diperlukan tubuh, dan mempunyai nilai
pemeliharaan kesehatan yang sangat tinggi, disebut sebagai “ekstrak pinus,
ekstrak bunga, sumber kecantikan“.
Komposisi
istimewa serbuk bunga pinus dapat secara nyata memperbaiki metabolisme tubuh,
meningkatkan fungsi dan vitalitas berbagai sistem organ di dalam tubuh, melawan
kekurangan oksigen, berkhasiat memperbaiki kondisi keletihan, mengurangi rasa
lelah, kepala pusing, suka lupa, tak dapat konsentrasi, dan berbagai komplikasi
keletihan kronis, dapat mengatur dan menenangkan nuansa hati, membuat orang
merasa tenang. Selain itu, serbuk bunga pinus setelah diujicoba oleh
pusat pengujian obat perangsang Olympiade China, ternyata tak mengandung
komposisi terlarang, oleh karenanya bagi olahragawan boleh dikatakan sebagai
suatu suplemen pemberi gizi yang ideal (Anonim, 2014)
Serbuk
bunga pinus mengandung vitamin dan mikro-nutrien yang kaya, dapat memperbaiki
metabolisme gizi kulit, mempunyai fungsi memperbaiki jerawat, flek, ketombe,
dan berbagai penyakit kulit lainnya. Serbuk bunga pinus bermanfaat untuk
menurunkan kolesterol, memperkecil pengendapan kolesterol di dinding pembuluh
darah, meningkatkan kekenyalan pembuluh darah agar tekanan darah dijaga pada
tingkat yang normal, dan mencegah berbagai jenis penyakit pembuluh darah
jantung. Serbuk bunga pinus mengandung berbagai senyawa yang
dapat meningkatkan imunitas tubuh, sehingga aktivitas sistem imunitas tubuh
nyata bertambah, juga berkhasiat untuk membasmi berbagai penyebab penyakit,
dengan demikian dapat secara menyeluruh meningkatkan daya melawan penyakit,
berkhasiat menurunkan persentase timbulnya infeksi, tumor dan penyakit
imunitas. Memperkuat fungsi pencernaan,
menambah napsu makan. Berbagai asam amino
dan enzim aktif dalam serbuk bunga pinus dapat membantu sistem pencernaan untuk
mempertahankan fungsi normalnya, merangsang sekresi kelenjar pencernaan dan
menambah napsu makan, pada waktu bersamaan, juga dapat menghambat
perkembang-biakan mikroba tak baik di dalam saluran pencernaan, dan mencegah
timbulnya berbagai penyakit saluran pencernaan.
Memperlambat
penuaan Percobaan
farmakologi membuktikan bahwa serbuk bunga pinus mengandung anti-oksidan dalam
jumlah besar, seperti vitamin E, carotene, dan mikro-nutrien, dapat menghambat
reaksi oksidasi lipid dan protein di dalam tubuh, meningkatkan fungsi
menghilangkan radikal bebas, dapat menghambat penuaan sel jaringan,
meningkatkan metabolisme dan fungsi berbagai organ jaringan, berkhasiat untuk
menghambat dan memperlambat penuaan. Memenuhi
keperluan akan berbagai gizi bagi anak-anak dalam masa pertumbuhannya lebih
mendesak; apabila pasokan gizi tak mencukupi pada tahap ini, maka akan
memberikan pengaruh tak baik yang serius untuk tumbuh sehat di kemudian hari.
Serbuk bunga pinus cocok untuk menyehatkan limpa, secara menyeluruh mengatur
keseimbangan tubuh manusia, sehingga dapat mencapai khasiat menyembuhkan
penyakit bila ada penyakit, memberi gizi bila tak ada penyakit(Anonim, 2014).
Serbuk
bunga pinus cocok digunakan untuk mengobati penyakit yaitu:
Sembelit, diare, wajah pucat, kulit hitam dan kusam, wajah berkerut, wajah kuning pucat, timbul flek, jerawat. Letih dan kurang tenaga, insomnia, jantung berdebar, napas tersengal, perut kembung setelah makan, napsu makan berkurang, sakit lambung, kaki dan tangan dingin, lidah bengkak, pembuluh darah lemah, dan sebagainya.
Sembelit, diare, wajah pucat, kulit hitam dan kusam, wajah berkerut, wajah kuning pucat, timbul flek, jerawat. Letih dan kurang tenaga, insomnia, jantung berdebar, napas tersengal, perut kembung setelah makan, napsu makan berkurang, sakit lambung, kaki dan tangan dingin, lidah bengkak, pembuluh darah lemah, dan sebagainya.
Spesies selanjutnya yang diamati ialah Gnetum
gnemon atau biasa dikenal dengan nama lokal Melinjo. Gnetum
gnemon tergolong ke dalam kelas gnetopsida, berikut ini merupakan
klasifikasinya:
![]() |
Kingdom :
Plantae
Divisio :
Pinophyta
Classis :
Gnetopsida
Ordo :
Gnetales
Family :
Gnetaceae
Genus : Gnetum
Species
: Gnetum gnemon
Gnetum gnemon memiliki beberapa
persamaan dengan Cycas rumphii, yaitu diantaranya dalam aspek
habitus, segi penampang batang, dan distribusi seksnya. Kedua tumbuhan tersebut
sama-sama berjenis pohon pada habitusnya, segi penampangnya sama-sama berbentuk
bulat dan distribusi seksnya sama-sama dioecious, yaitu dalam satu
tumbuhan hanya terdapat salah satu jenis kelamin saja. Pada satu pohon Gnetum
gnemon hanya terdapat strobilus jantannya saja, sedangkan strobilus
betina terdapat pada tumbuhan yang berbeda. Strobilus Gnetum gnemon baik
jantan maupun betina, sama-sama terlihat terletak pada sisi ketiak (aksilar).
Begitupun dengan mikrosporofil pada jantan dan makrosporofil pada betina,
keduanya terdapat di dalam strobilus yang jumlahnya banyak (Gembong, 2010: 120).
Gnetum gnemon dengan Cycas
rumphii selain memiliki persamaan, namun banyak sekali perbedaan yang
dimiliki antara kedua tumbuhan tersebut, baik dari segi filotaksis daun,
pertulangan daun, batang, hingga bentuk dari strobilus. Oleh karena itulah,
perbedaan-perbedaan tersebut menjadikan kedua tumbuhan ini tergolong dalam
kelas yang berbeda. Gnetum gnemon pada habitus batangnya terlihat
berjebis pohon karena keras dan berkayu. Gnetum gnemon sumbu
batangnya dari pangkal hingga ujung tidak terlihat jelas, maka jenis batang
yang seperti ini disebut simpodial. Filotaksis daun Gnetum gnemon terlihat
berhadapan. Daun ini terlihat tunggal dan pada pertulangan daunnya terlihat
menyirip, seperti sirip ikan. Tepi daun Gnetum gnemon terlihat
rata.
Bentuk strobilusn Gnetum gnemon jantan dengan betina
sangat berbeda. Pada betina, terlihat membulat besar dan berbentuk lonjong.
Strobilus betina inilah biasanya dimanfaatkan sebagai sumber makanan dan dapat
diolah sebagai makanan ringan berupa emping melinjo yang biasa dikenal oleh
masyarakat Indonesia. Sedangkan pada jantan, strobilusnya berbentik bulatan
kecil dan melingkari sumbu utama dari strobilus. Berbeda dengan strobilus
betina, pada strobilus jantan tidak bisa dimanfaatkan untuk dibuat jenis
makanan emping melinjo, namun dapat dimanfaatkan sebagai tambahan pelengkap
pada sayur asam. Berikut ini adalah bentuk strobilus jantan dariGnetum
gnemon:
Tidak
semua daerah atau wilayah bisa menjadi tempat pertumbuhan yang baik untuk gnetum gnemon atau tanaman melinjo ini. Tanaman
melinjo ini memang dapat tumbuh di pegunungan yang berhawa lembab atau di
dataran rendah yang relative kering, yaitu pada ketinggian 0-1200 m dpl. Namun
lokasi yang baik untuk pertumbuhan tanaman melinjo adalah pada ketinggian 400 m
dpl dan dengan curah hujan sekitar 3000 – 5000 mm/tahun merata sepanjang tahun.
Pada lokasi tersebut gnetum gnemon akan berproduksi secara maksimal bahkan
hingga 15 tahun lamanya. Di Indonesia tumbuhan melinjo tidak hanya dapat
dijumpai di hutan dan perkebunan saja. Tanaman melinjo juga ditanama di
pekarangan rumah atau kebun rumah dan dimanfaatkan oleh penduduk secara
langsung. Bagian dari tanaman melinjo yang paling menguntungkan atau bermanfaat
adalah buahnya. Setelah pohon melinjo berusia 5-6 tahun, buah-buah melinjo bisa
mulai dipanen. Selama kurun waktu satu tahun, petani melinjo dapat memanen buah
melinjo sebanyak dua kali. Sedangkan pemungutan bunga dan daun muda dapat
dilakukan kapan saja. Hasil melinjo per pohon untuk tanaman melinjo yang sudah
dewasa bervariasi antara 15.000-20.000 biji.
Gnetum
gnemon telah lama dikenal sebagai tanaman yang memiliki banyak manfaat. Hampir
seluruh bagian tanaman ini memiliki manfaat bagi kehidupan manusia, dari mulai
buah, biji, daun, hingga batangnya. Daun, buah serta bijinya biasa direbus atau
dimasak, contohnya saja sayur asam dan tongseng kulit melinjo. Bijinya bisa
disangrai dan dijadikan emping melinjo yang enak. Sedangkan batangnya bisa
digunakan sebagai bahan papan dan alat rumah tangga sederhana, dan ratingnya
yang kering bisa dimanfaatkan untuk kayu bakar. Banyaknya manfaat dari tanaman
gnetum gnemon atau melinjo ini yang membuatnya banyak dibudi dayakan orang.
Selain manfaat tersebut di atas, dipercaya juga bahwa buah melinjo, khususnya
bijinya, memiliki kandungan nutrisi yang sangat bermanfaat menyembuhkan
penyakit yang disebabkan bakteri. Menurut penelitian para ahli buah
melinjo menghasilkan senyawa antioksidan. Aktivitas antioksidan ini
diperoleh dari konsentrasi protein tinggi, 9-10 persen dalam tiap biji melinjo.
Protein utamanya berukuran 30 kilo Dalton yang amat efektif untuk
menghabisi radikal bebas yang menjadi penyebab berbagai macam penyakit. Meskipun
buah melinjo memiliki manfaat yang baik dalam memerangi radikal bebas, namun
konsumsi yang berlebihan juga tidak baik bagi kesehatan. Hal tersebut
dikarenakan melinjo memiliki kandungan yang bernama purin, yaitu zat yang bisa menyebabkan
asam urat. Karenanya mengkonsumsi buah atau olahan buah melinjo yang belebihan
sangat tidak disarankan. Namun, apabila tidak dikonsumsi secara berlebihan dan
cara pengolahannya benar tidak akan menyebabkan asam urat. Maka siapa saja yang
memang menggemari masakah atau olahan dari buah melinjo, contohnya emping melinjo,
haruslah teliti dalam membeli dan mengkonsumsinya makanan yang berasal dari
tanaman gnetum gnemon.
Perbedaan
antara tumbuhan dari Family Cycadaceae, Pinaceae, dan Gnetaceae yaitu pada
Cycadopsida memiliki daun majemuk, batangnya berjenis Monopodial dan distribusi
seksnya dioecious. Sedangkan pada Coniferopsida, memiliki daun majemuk
berbentuk jarum dengan batangnya berjenis monopodial dan distribusi seksnya
monoceous. Kemudian pada Gnetopsida, daunnya tunggal bertulang daun menyirip,
termsauk kedalam simpodial dan distribusi seksnya dioecious.
Pergiliran
keturunan antara ketiga tumbuahn tersebut jelas. Terdiri dari dua fase, yaitu
sporofit dan gametofit. Pada tumbuhan yang menghasilkan strobilus, tumbuhan
tersebut berarti sedang dalam fase sporofit. Sedangkan ketika tidak ditemukan
strobilus, maka fase yang sedang terjadi ialah fase gametofit. Pada saat
terjadi fertilisasi, serbuk sari dari strobilus jantan akan berkecambah pada
ovul yang terbuka dan selanjutnya akan menembus jaringan ovul.
F. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
1. Ciri-ciri divisi pinophyta berdasarkan teori ialah berbiji terbuka. Setelah
dilakukan pengamatan pada praktikum dengan menggunakan tiga spesimen yang
tergolong divisi pinophyta, ternyata memang terlihat semua bijinya terbuka.
2. Kelas-kelas yang terdapat pada pinophita memiliki kekhasan tersendiri dan
menjadi faktor pembeda antar masing-masing kelas. Kelas Cycadopsida memiliki
daun majemuk yang memanjang dengan distribusi seks dioecious. Sedangkan Kelas
Gnetopsida memiliki daun tunggal yang pertulangan daunnya menyirip dan
distribusi seksnya dioecious. Pada kelas Coniferopsida, daunnya
majemuk dengan bentuk jarum dan distribusi seksnya monoceous.
3. Ciri khusus tumbuhan yang termasuk Pinophyta ialah memiliki biji yang
terbuka berupa strobilus.
4. Strobilus jantan Cycas rumphii terdapat di tengah dan
berbentuk mengerucut. Sedangkan pada betina berlekuk-lekuk pada sisinya seperti
keris dengan bulatan hijau besar pada ketiak sisi tersebut.
5. Strobilus Pinus merkusii jantan memanjang dan ramping.
Sedangkan betina lebih besar agak membulat, oval, dan memiliki lekukan-lekukan.
6. Strobilus Gnetum gnemon jantan yaitu memiliki bulatan
kecil dan mengelilingi subu strobilus. Sedangkan pada betina lebih besar dan
berbentuk lonjong.
Daftar Pustaka
Campbell, A Neil. 2008. Biologi
Jilid 2 Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Kimball, John W. 1999. Biologi.
Jakarta: Erlangga.
Mulyani, Asep dkk. 2014. Panduan
Praktikum Botani Phanerogamae. Cirebon: IAIN Syekh Nurjati.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan
(Spermathophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.






