Rabu, 26 Oktober 2016

Laporan praktikum botani phanerogamae (“PINOPHYTA”)



LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI PHANEROGAMAE
“PINOPHYTA”
(CYCADOPSIDA, CONIFEROPSIDA DAN GNETOPSIDA)


 


                                                                                         


Disusun Oleh
Nama                           : Deden Apriandi
NIM                            : 1413163062
Kelas/ Semester           : Biologi-  A/ IV
Kelompok                   : 3 (Tiga)
Asisten Praktikum       : -  Ali Nurdin
- 


PUSAT LABORATORIUM IPA BIOLOGI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
SYEKH NURJATI CIREBON
2015

PINOPHYTA
(CYCADOPSIDA, CONIFEROPSIDA, DAN GNETOPSIDA)

A.    Tujuan
1)      Menemukan ciri-ciri khusus spesies tumbuhan yang termasuk pada Divisi Pinophyta
2)      Membedakan ciri-ciri tumbuhan pada kelas-kelas yang termasuk dalam Divisi Pinophyta
B.     Dasar Teori
Pinophyta atau Gymnospermae merupaka suatu kelompok tumbuhan yang sudah ada sejak zaman Palaeozoikum. Kelompok-kelompok yang lebih kecil dari Pinophyta berkembang pada akhir Palaeozoikum dan awal mesozoikum kemudian menyusut pada akhir mesozoikum seiring dengan punahnya dinosaurus. Pada kenozoikum hanya tinggal 4 kelas dengan adanya penambahan kelompok Gnetopsida. Di daerah tropis hanya ditemukan 3 kelas yaitu Cycadopsida, Coniferopsida, dan Gnetopsida. Pinophyta adalah tumbuhan berpembuluh yang menghasilkan biji, Pinophyta berbeda dengan tumbuhan berbunga (Angiospermae) karena bakal biji pada tumbuhan Pinophyta telanjang, tidak tertutup oleh daun buah (Carpel). Bakal bijinya terdapat pada daun yang termodifikasi atau pada ujung-ujung daun tertentu. Bakal biji tersebut bersama-sama membentuk kerucut (Strobilus). (Anonim. 2014)
Tumbuhan kelompok Pinophyta mempunyai ciri yaitu :
1.      Memiliki habitus semak, perdu atau pohon
2.      Bakal biji tidak terlindungi oleh daun buah.
3.      Berakar tunggang
4.      Umumnya berupa pohon.
5.      Mempunyai akar, batang, dan daun sejati.
Beberapa hal lain yang membedakan Pinophyta dari Magnoliophyta adalah ; 
1.      Tidak adanya pembuahan ganda.
2.      Tidak adanya pembuluh trakea pada xilem, kecuali pada sub divisio Gnetophytina.
3.      Tidak adanya sel pengantar pada xilem.
4.      Adanya gametofit betina yang terdiri dari banyak sel.
5.      Adanya arkegonium pada gametofit betina (kecuali pada Gnetum dan Welwitschia)
6.      Sebagian besar berupa tumbuhan berkayu.
Divisi Pinophyta dibagi menjadi 4 kelas namun sekarang dianggap sebagai divisi tersendiri, (Anonim, 2013) yaitu :
1.      Cycadopsida
Kelompok tumbuhan ini mulai muncul menjelang akhir zaman Palaeozoikum. Habitus menyerupai palma, batang berkayu, tidak atau sedikit sekali bercabang, teras besar, empulur korteks tebal dan mengandung saluran resin. Ukuran daun besar tersusun dalam roset batang, majemuk, daun berbagi menyirip atau menyirip, daun muda tergulung seperti daun paku, Sporofil tersusun dalam strobilus yang berumah dua. Strobilus selalu Terminal, tanpa bagian-bagian yang menyerupai daun pada pangkalnya. Biji terdapat pada megasporofil bergabung dalam strobilus (sporofil berbentuk sisik dengan dua bakal biji) kecuali pada Cycas megasporofil tersusun spiral pada batang begitu juga pada mikrosporofil tersusun dalam strobilus jantan. Jumlah ovuli dua atau lebih pada tiap megasporofil. Mempunyai dua ovulum, Kelas ini hanya terdiri dari 1 Ordo Cycadales dengan 1 famili Cycadaceae. Spesies yang termasuk kelompok Cycadopsida yaitu Cycas rumphii.
2.      Pinopsida atau Coniferopsida
Tanaman berupa pohon, daun berbentuk jarum, serta ada yang berumah satu dan berumah dua, pohon pinus dan cemara banyak hidup di Eropa bagian pegunungan. Di Eropa tanaman pinus dan cemara disebut evergreen, artinya daunnya tetap hijau sepanjang masa. tumbuhan dari ordo ini banyak dimanfaatkan oleh manusia. Misalnya, batang pinus digunakan untuk bahan industri kertas dan korek api. Sedangkan damar digunakan untuk minyak terpentin dan obat - obatan. Selain itu, cemara juga dapat digunakan sebagai tanaman hias. Manfaat dan kegunaan tanaman tersebut merupakan peluang dalam agribisnis, kelas ini terdiri dari empat Ordo yaitu Taxales, Araucarales, Podocarpales dan Pinales, dan contoh spesiesnya adalah pinus atau tusam (Pinus merkusii), damar (Agathis alba), dan cemara (Araucaria cunning hamii).
3.      Gnetopsida
Divisi  ini meliputi 3 genera yaitu Gnetum, Epedhra, WelwitschiaGnetum mempunyai 30 jenis meliputi tumbuhan yang berupa pohon dan merambat dengan daun yang tebal dan besar seperti kulit, menyerupai daun tumbuhan dikotil. Tumbuh di daerah tropis. Ephedra meliputi 35 jenis, pada umumnya berupa tumbuhan semak dengan daun kecil seperti sisik dan batang bersambungan satu sama lainnya. Tumbuh didaerah kering atau gurun. Welwitschia merupakan tumbuha berpembuluh paling aneh. Sebagian besar tubuhnya teertanam dalam tanah berpasir. Bagian yang muncul di atas tanah berupa cakram besar berkayu berbentuk konkaf dengan dua daun yang berbentuk pita. Cabang yang menghasilkan strobilus tumbuh dari jaringan meristem yang ada di bagian tepi cakram. Banyak ditemukan di gurun. Anggota Gnetophyta mempunyai karakteristik seperti tumbuhan Angiospermae, misalnya antara strobilusnya dengan bunga majemuk pada Angiospermae, adanya trakea di dalam xilemnya, serta tidak adanya arkegonia pada Gnetum dan Welwitschia.
4.      Gingkopsida
Salah satu anggotanya adalah Ginkgo biloba, tanaman ini mudah dikenali karena bentuk daunnya seperti kipas dengan tulang daunnya yang bercabang menggarpu. Tingginya dapat mencapi 30 meter atau lebih, tanaman ini bersifat desiduos, daunnya berubahmenjadi berwarna keemasan sebelum gugur.Gynkgophyta mempunyai ovulum dan mikrosporangia yang terdapat pada individu yang berlainan. Ovulumnyaberpasangan pada ujung cabang pendek dan ketika masak menghasilkan biji yang berdaging. (Gembong, 2010: 112)
Pinophyta merupakan kelompok tumbuhan purba yang diperkirakan muncul pertama kali pada zaman kereta atau jura, dan mengalami kelimpahan pada zaman paleozoic dan mesozoic. Dari semua sisa yang masih hidup, kurang lebih tujuh ratus spesies merupakan tumbuhan berkayu. Komponen utama xilem pada sebagian besar anggota Pinophyta adalah trakeid sebagai penyalur air dan struktur penunjang. Pembuluh kayu pada pertumbuhan skunder hanya ditemukan pada anggota orde gnetles. (Anonim, 2008)
Keprimitifan/kemajuan suatu takson dalam Pinophyta ditentukan oleh kemajuan /keprimitifan cirri yang dimilikinya. Pola percabangan yang monopodial lebih primitive daripada pola percabangan simpodial. Letak strobilus yang aksilaris menunjukkan cirri lebih primitive dibanding dengan jumlah yang sedikit. Pertulangan daun yang belum berpola lebih primitive daripada yang sudah berpola. Begitu juga keadaan daun muda yang menggulung menunjukkan cirri primitive. (Anonim,2014). Pola percabangan yang monopodial lebih primitive daripada pola percabangan simpodial. Letak strobilus yang aksilaris menunjukkan cirri lebih primitive dibanding dengan jumlah yang sedikit. Pertulangan daun yang belum berpola lebih primitive daripada yang sudah berpola. Begitu juga keadaan daun muda yang menggulung menunjukkan cirri primitive.
Jika ciri-ciri ptimitif diberi skor rendah, sedangkan cirri maju diberi skor tinggi, maka perolehan skor tinggi menunjukkan spesies atau takson yang memilikinya lebih maju. Tetumbuhan runjung atau Pinophyta, atau lebih dikenal dengan nama konifer (Coniferae), merupakan sekelompok tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dengan ciri yang paling jelas yaitu memiliki runjung ("cone") sebagai pembawa biji. Kelompok ini dulu dalam klasifikasi berada pada takson "kelas" namun sekarang menjadi divisio tersendiri setelah diketahui bahwa pemisahan Gymnospermae dan Angiospermae secara kladistik adalah polifiletik. Kurang lebih ada 550 spesies anggota divisio ini, berbentuk berupa semak, perdu atau pohon. Kebanyakan anggotanya memiliki tajuk berbentuk kerucut dan memiliki daun yang memanjang (lanset) atau berbentuk jarum (sehingga dikenal juga sebagai tumbuhan berdaun jarum). Tumbuhan runjung kebanyakan tersebar di daerah beriklim sedang. Bentuk daunnya yang sempit sangat adaptif dengan suhu yang rendah yang menjadi ciri khas daerah tersebut. Genus Agathis, umumnya disebut damar, atau dalam bahasa Maori disebut kauri, adalah genus dari 21 spesies pohon yang berdaun sepanjang tahun dari famili konifer purba Araucariaceae. Pohon-pohon ini bercirikan batang yang sangat besar dan percabangan sedikit atau tidak pada beberapa bagian ke atas. Pohon muda biasanya berbentuk kerucut; hanya saat dewasa tajuknya menjadi lebih membulat atau tidak beraturan. Kulit batang Agathis robusta di Melbourne Royal Botanic Gardens (daun-daun adalah milik tumbuhan lain), Kulit kayunya lembut dan berwarna abu-abu muda atau cokelat abu-abu, biasanya mengelupas menjadi serpihan-serpihan yang menebal pada pohon yang lebih tua. Struktur cabangnya seringkali horizontal, atau menaik saat lebih besar. Cabang paling bawah seringkali meninggalkan luka cabang melingkar bila mereka tanggal dari batang yang berada lebih di bawah. Daun muda pada semua spesies Agathis lebih besar daripada daun tua, lebih atau kurang lancip, bermacam-macam bentuknya di antara spesies dari bentuk ovata (membulat telur) hingga lanceolata (panjang, lebar di tengah). Daun tua berlawanan, bentuk elips hingga linier, sangat kasar dan cukup tebal. Daun muda seringkali berwarna merah tembaga, kontras dengan dedaunan musim sebelumnya yang biasanya hijau atau hijau-berserbuk. Runjung serbuk sari jantan muncul biasanya hanya muncul pada pohon yang lebih besar setelah runjung biji muncul. Runjung biji betina biasanya berkembang pada anak cabang samping yang pendek, menjadi dewasa setelah dua tahun. Bentuknya umumnya oval (Campbell, 2008 :315)




C.    Alat dan Bahan
1.      Alat
a.       Alat tulis
b.      Lup
c.       Penggaris
d.      Cutter
2.      Bahan
a.       Family Cycadaceae : Cycas rumphii (pakis haji)
b.      Family Pinaceae : Pinus Merkusii (Pinus)
c.       Family Gnetaceae : Gnetum gnemon (Melinjo)

D.    Langkah Kerja
1.      Diamati setiap spesimen tumbuhan yang ada dalam hal habitus, pola percabangan, dan bentuk / segi penampang melintangnya.
2.      Diamati daunnya dalam hal filotaksis, komposisi, pertulangan, bentuk dan tepian daunnya.
3.      Diamati dan dibandingkan alat reproduksinya, yaitu : letak dan bentuk strobilus ketiga tumbuhan tersebut.
4.      Diamati dan dibandingkan letak dan bentuk mikrosporofil dan makrosporofil ketiga tumbuhan tersebut.
5.      Digambar bagian-bagian tumbuhannya yaitu : percabangan tumbuhan, srtobilus jantan dan strobilus betina, makrosporofil dan mikrosporofil yang diamati dan diberi nama bagian-bagian tumbuhan tersebut.










E.     Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan kali ini yaitu mengamati morfologi tumbuhan dari spesies pinophyta yaitu dari kelas Cycadopsida (Cycas rumphii), kelas Coniferopsida (Pinus Merkusii), dan  kelas Gnetopsida (Gnetum gnemon). Berdasarkan teori, Divisi Pinophyta memiliki biji yang terbuka. Biji tersebut merupakan alat kelamin tumbuhan yang di dalamnya memiliki sel kelamin. Jika pada Magnoliophyta tersimpan dalam bakal biji pada bunga, sedangkan pada Pinopyta berupa strobilus. Pada setiap spesimen tersebut, bagian yang diamati yaitu meliputi ciri-ciri umum dari batang, daun, strobilus, mikrosporofil, makrosporofil, hingga distribusi seks dari setiap spesimen tersebut. Masing-masing spesimen yang telah diamati ternyata memiliki kekhasan tersendiri. 


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfxgW6A4osal-HGmFqU_c6JnY5OpESRStfaGqvLP7rUJM2Bv4NWfj3nYT9TvR1gY5xMAvE8V7x69SD5hTNmYuj4F1J_e_vBWeylbMGjAMd2I_niOPneBuU31rorhnb_xM1gMsJOBPBB5Gv/s1600/01.png
 
Kingdom   : Plantae
Divisio       : Pinophyta
Classis       : Cycadopsida
Ordo         : Cycadales
Family       : Cycadaceae
Genus       : Cycas
Species     : Cycas rumphii
Cycas rumphii atau lebih dikenal dengan sebutan pakis haji dilihat berdasarkan batangnya pada saat melihat tanamannya langsung ketika mengambil strobilus, terlihat memiliki habitus pohon dan terlihat berjenis monopodial karena sumbu utama batang dari bawah hingga atas terlihat jelas. Kemudian segi penampangnya terlihat bulat. Sedangkan bagian daun, strobilus, hingga makrosporofil dan mikrosporofilnya diambil dan diamati lebih lanjut di laboratorium.
Daun Cycas rumphii terlihat berjenis daun majemuk. Kemudian pada pertulangan daunnya terlihat sejajar. Daun Cycas umphii pada bagian tepinya terlihat rata dengan bentuknya yang memanjang dan filotaksisnya roset. Cycas rumphii yang diamati berjenis kelamin betina, karena berdasarkan teori pada gambar yang ada di buku, memperlihatkan bahwa strobilus yang bentuk jungnya runcing dengan sisi kanan dan kiri berlekuk seperti keris dan memiliki bulatan-bulatan pada ketiak lekukan tersebut merupakan jenis betina, atau perletakan tersebut disebut juga aksilar. Makrosporofil pada Cycas rumphii terdapat pada bulatan-bulatan hijau dibagian strobilus. Jumlah makrosporofil yang di amati tersebut terdapat sebanyak tujuh buah. Sedangkan strobilus jantan berdasarkan teori terdapat pada bagian terminal (ujung), namun pada kelompok satu tidak mengamati strobilus jantan secara langsung karena tidak adanya ketersediaan spesimen Cycas rumphii jantan. Namun dapat diketahui secara teori, Cycas rumphii jantan terdapat di tengah tumbuhan tersebut dan bentuknya seperti kerucut. Dibawah ini contoh strobilus jantan pada pakis haji (Cycas rumphii).
http://www.natureloveyou.sg/Cycas%20rumphii.jpg
Jadi jelas dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi seks Cycas rumphii adalah dioecious karena pada saat pengambilan strobilus pada satu tumbuhan hanya ditemukan strobilus berjenis betina saja. Sedangkan pada jantan terdapat pada tumbuhan yang lain, atau bisa dikatakan bahwa dalam satu tumbuhan hanya memiliki salah satu jenis kelamin saja. Berikut ini gambar strobilus Cycas rumphii betina:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhu4fGVt5P2zJqLO2zFHuH2Tk_H8160EQgiz_Gk-NQJM0tB3Eg03I5BYS8X1yScI3z3YP0drkCb5EfHR_lWgfpgoNSJdFiPkSdMLghOVj3jEpVfE7w7_ARex70_9VnsFfPvZwP7nxjMaS1B/s1600/1.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibhlFrSXwfGNmCiba941aXPKy64wYOYUwFux_Bwjbs1Wvbv7trVNg_agYADpd86K__ugdaSnvw5WCeixE2jp20wStdyLgqjq9SCXsdX73MgIDxIKsb_ZnfX0FtegLg18J7iAIsVMA_8sU/s200/Anatomi+biji.jpgHabitat pakis haji atau Cycas rumphii ini seringkali tumbuh disepanjangpantai. 
Biji mentahnya beracun akan tetapi bijinya dapat dimakan dan doilah menjadi tepung. Daun yang paling muda dimakan sebagai sayur. Batangnya dapat menghasilkan semacam sagu. Tapal dari biji  dan pepagan dipakai untuk menyembuhkan pegal-pegal dan gangguan kulit. jenis ini juga penting sebagai tanaman hias. Getah Cycas rumphii berkhasiat sebagai obat disentri, rambut batangnya untuk mengobati luka baru dan daunnya untuk pembersih darah sehabis melahirkan.Untuk obat disentri dipakai iebih kurang lima belas tetes getah batang Cycas rumphii, ditambah 1 sendok makan madu dan 1/4 gelas air matang.







Spesimen selanjutnya yang diamati setelah pakis haji (Cycas rumphii) yaitu dari Family Pinaceae yaitu Pinus merkusii. Pinus merkusii sekilas mirip seperti cemara, namaun jika dilihat lebih detail, antara keduanya memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Maka, spesimen yang di bawa dalam praktikum tidak boleh sampai salah mengambil jenis spesimennya. Pada daun Pinus merkusii, satu daun memiliki satu cabang, sehingga seperti terlihat terdapat dua jarum, karena bentuk daunnya berbentuk jarum. Selain itu Pinus merkusii permukaan daunnya halus dan tidak bersegmen. Sedangkan pada cemara, daunnya memang sama seperti pinus yaitu berbentuk jarum namun pada cemara tidak bercabang. Selain itu, pada daun cemara terlihat seperti terdapat segmen-segmen pada daunnya. Berdasarkan teori, Pinus merkusii termasuk ke dalam kelas yang berbeda dengan dua spesimen yang lainnya, yaitu kelas coniferopsida. Berikut ini adalah klasifikasi Pinus merkusii:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPCXM9L8Uz4BId8m6BCRFSnGvUqUAmvwBoXd91QtYKtFHA5_GQvvFW-66VoVPqFV3L-_h8NeCHWvaG2TN_IZPt6GkfHEfIG0MYwyh30pL87v6Cox-YFcXxDWQW-7o8NobS1_b5GefhmrmJ/s1600/4.png 

Kingdom               : Plantae
Divisio                    : Pinophyta
Classis                    : Coniferopsida
Ordo                      : Pinales
Family                    : Pinaceae
Genus                     : Pinus
Species                   : Pinus merkusii
Habitus batang Pinus merkusiiterlihat sangat jelas berjenis pohon, karena berbahan kayu yang keras. Bentuk atau segi penampang batang Pinus merkusiiterlihat bulat. Pinus merkusii dari pangkal batang hingga ujung terlihat jelas sumbu utamanya, sehingga digolongkon ke dalam jenis monopodial. Daun Pinus merkusii letaknya tersebar. Daun Pinus merkusii terlihat berjenis daun majemuk karena dalam satu daun terlihat dua helaian atau bercabang. Tepi daunnya terlihat rata dengan pertulangan pita. Distribusi seks Pinus merkusii yaitu monoceous, karena dalam satu tumbuhan terdapat strobilus jantan dan betina. Pada strobilus jantan terletak di ujung (terminal) spiral dengan mikrosporofil yang terletak pada ujung (terminal) juga. Mikrosporofil ini terdapat di dalam strobilus dan jumlahnya banyak. Bentuk strobilus jantan berbentuk memanjang. Sedangkan strobilus betina terdapat di ketiak daun (aksilar) dengan makrosporofil yang terletak di ketiak daun pula (aksilar). Jumlah makrosporofil ini berjumlah banyak. Bentuk strobilus betina lebih membulat dan terdapan lekukan-lekukan. Berikut ini gambar strobilus Pinus merkusii:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnfrOYlQhStweoGihbsMQm0H8jCoh_deltu5LglhfO_Q0PanOsc9y9P2iUchYrcSxVxoRg9I53Kwa9woy1Z8iH7pS_h6luk-08cy_0jMcREg0d2Sgk2OZOSQ5S4qkluU1bf8CzbXBOQZbg/s320/5.png
Pohon Pinus juga memiliki banyak manfaat  selain digunakan untuk Pohon Natal juga digunakan sebagai aroma terapi. Pohon pinus ini juga menyimpan manfaat lain untuk kesehatan, diantaranya diambil getahnya dan berguna untuk :
Ø  Flavonoid dan vitamin C
Pada tahun 1940-an peneliti Prancis menemukan bahwa kulit pohon pinus dan daun jarumnya mengandung banyak vitamin C. Tak hanya itu, mereka juga menemukan bahwa pohon pinus sarat akan antioksidan, yaitu flavonol dan bioflavonoid. Senyawa ini kemudian diekstraksi menjadi Pycnogenol dan dipasarkan menjadi suplemen diet. Pycnogenol juga digunakan sebagai obat jet lag, meringankan peredaran darah, nyeri lutut, kram menstruasi, bahkan obat untuk meningkatkan memori pada orang lanjut usia.
Ø  Mengurangi stres
Penelitian di Universitas Kyoto Jepang menunjukkan bahwa berjalan-jalan di hutan pinus selama 15 menit per hari mampu menurunkan stres. Jika di daerah Anda sulit menemukan hutan pinus, maka ini bisa diganti dengan menggunakan minyak esensial pinus atau cemara. Selain meredakan stres, aroma pinus juga bisa menenangkan emosi.
Ø  Sembuhkan bronchitis
Kemampuan pinus tak hanya untuk menenangkan diri, tetapi juga bisa meredakan pilek, sinus, sesak napas, dan ronchitis. Caranya mudah, tambahkan tiga tetes minyak esensial pinus pada semangkuk air panas. Kemudian tutupi kepala Anda dengan handuk, dan hirup aroma pinus melalui hidung danmulut.
Ø  Redakan nyeri otot
Minyak pinus juga bisa digunakan untuk meredakan nyeri otot. Caranya, tambahkan lima tetes minyak pinus dengan dua sendok minyak sayur. Lalu pijatkan pada bagian tubuh yang nyeri otot. Namun pilih minyak pinus P. Pinaster, bukan Scotch pinus (P.sylvestris). Scotch pinus bisa membuat kulit iritas.
http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ5wnrDQ_y5pzxacoArCu3i2_EPiD6nFy9ULzGaVleHH6QIlbfuhttp://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ5wnrDQ_y5pzxacoArCu3i2_EPiD6nFy9ULzGaVleHH6QIlbfu
Serbuk bunga pinus adalah sel pertumbuhan inti bunga pohon pinus, merupakan ekstrak pohon pinus, mengandung gizi yang kaya, dengan menyatukan unsur kehidupan yang berjumlah besar, termasuk berbagai protein, asam amino, mineral, enzim dan tambahan enzim, asam nukleat, flavonoid, gula tunggal, poli-sakarida, dll., semuanya berjumlah lebih dari 200 jenis, dapat memberi suplemen yang menyeluruh, mengimbangkan gizi yang diperlukan tubuh, dan mempunyai nilai pemeliharaan kesehatan yang sangat tinggi, disebut sebagai “ekstrak pinus, ekstrak bunga, sumber kecantikan“.
Komposisi istimewa serbuk bunga pinus dapat secara nyata memperbaiki metabolisme tubuh, meningkatkan fungsi dan vitalitas berbagai sistem organ di dalam tubuh, melawan kekurangan oksigen, berkhasiat memperbaiki kondisi keletihan, mengurangi rasa lelah, kepala pusing, suka lupa, tak dapat konsentrasi, dan berbagai komplikasi keletihan kronis, dapat mengatur dan menenangkan nuansa hati, membuat orang merasa tenang. Selain itu, serbuk bunga pinus setelah diujicoba oleh pusat pengujian obat perangsang Olympiade China, ternyata tak mengandung komposisi terlarang, oleh karenanya bagi olahragawan boleh dikatakan sebagai suatu suplemen pemberi gizi yang ideal (Anonim, 2014)
Serbuk bunga pinus mengandung vitamin dan mikro-nutrien yang kaya, dapat memperbaiki metabolisme gizi kulit, mempunyai fungsi memperbaiki jerawat, flek, ketombe, dan berbagai penyakit kulit lainnya. Serbuk bunga pinus bermanfaat untuk menurunkan kolesterol, memperkecil pengendapan kolesterol di dinding pembuluh darah, meningkatkan kekenyalan pembuluh darah agar tekanan darah dijaga pada tingkat yang normal, dan mencegah berbagai jenis penyakit pembuluh darah jantung. Serbuk bunga pinus mengandung berbagai senyawa yang dapat meningkatkan imunitas tubuh, sehingga aktivitas sistem imunitas tubuh nyata bertambah, juga berkhasiat untuk membasmi berbagai penyebab penyakit, dengan demikian dapat secara menyeluruh meningkatkan daya melawan penyakit, berkhasiat menurunkan persentase timbulnya infeksi, tumor dan penyakit imunitas. Memperkuat fungsi pencernaan, menambah napsu makan. Berbagai asam amino dan enzim aktif dalam serbuk bunga pinus dapat membantu sistem pencernaan untuk mempertahankan fungsi normalnya, merangsang sekresi kelenjar pencernaan dan menambah napsu makan, pada waktu bersamaan, juga dapat menghambat perkembang-biakan mikroba tak baik di dalam saluran pencernaan, dan mencegah timbulnya berbagai penyakit saluran pencernaan.
Memperlambat penuaan Percobaan farmakologi membuktikan bahwa serbuk bunga pinus mengandung anti-oksidan dalam jumlah besar, seperti vitamin E, carotene, dan mikro-nutrien, dapat menghambat reaksi oksidasi lipid dan protein di dalam tubuh, meningkatkan fungsi menghilangkan radikal bebas, dapat menghambat penuaan sel jaringan, meningkatkan metabolisme dan fungsi berbagai organ jaringan, berkhasiat untuk menghambat dan memperlambat penuaan. Memenuhi keperluan akan berbagai gizi bagi anak-anak dalam masa pertumbuhannya lebih mendesak; apabila pasokan gizi tak mencukupi pada tahap ini, maka akan memberikan pengaruh tak baik yang serius untuk tumbuh sehat di kemudian hari. Serbuk bunga pinus cocok untuk menyehatkan limpa, secara menyeluruh mengatur keseimbangan tubuh manusia, sehingga dapat mencapai khasiat menyembuhkan penyakit bila ada penyakit, memberi gizi bila tak ada penyakit(Anonim, 2014).
Serbuk bunga pinus cocok digunakan untuk mengobati penyakit yaitu:
Sembelit, diare, wajah pucat, kulit hitam dan kusam, wajah berkerut, wajah kuning pucat, timbul flek, jerawat. Letih dan kurang tenaga, insomnia, jantung berdebar, napas tersengal, perut kembung setelah makan, napsu makan berkurang, sakit lambung, kaki dan tangan dingin, lidah bengkak, pembuluh darah lemah, dan sebagainya.
Spesies selanjutnya yang diamati ialah Gnetum gnemon atau biasa dikenal dengan nama lokal Melinjo. Gnetum gnemon tergolong ke dalam kelas gnetopsida, berikut ini merupakan klasifikasinya:  


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhET6nEEd_wk46Y2bE-ICvzIy4wKh3vWvV2U1neE9SONZp4AzK2lna4iQihJXfEePim4FAFk9eSgvqOtYwO7swWZ6qwqE4IQmoeogfCjFT7QnAga9b8_NJF4R_wJcq7qU8umTey435xVIqq/s1600/2.png
 
Kingdom                : Plantae
Divisio                    : Pinophyta
Classis                    : Gnetopsida
Ordo                      : Gnetales
Family                    : Gnetaceae
Genus                     : Gnetum
Species                   : Gnetum gnemon
Gnetum gnemon memiliki beberapa persamaan dengan Cycas rumphii, yaitu diantaranya dalam aspek habitus, segi penampang batang, dan distribusi seksnya. Kedua tumbuhan tersebut sama-sama berjenis pohon pada habitusnya, segi penampangnya sama-sama berbentuk bulat dan distribusi seksnya sama-sama  dioecious, yaitu dalam satu tumbuhan hanya terdapat salah satu jenis kelamin saja. Pada satu pohon Gnetum gnemon hanya terdapat strobilus jantannya saja, sedangkan strobilus betina terdapat pada tumbuhan yang berbeda. Strobilus Gnetum gnemon baik jantan maupun betina, sama-sama terlihat terletak pada sisi ketiak (aksilar). Begitupun dengan mikrosporofil pada jantan dan makrosporofil pada betina, keduanya terdapat di dalam strobilus yang jumlahnya banyak (Gembong, 2010: 120).
 Gnetum gnemon dengan Cycas rumphii selain memiliki persamaan, namun banyak sekali perbedaan yang dimiliki antara kedua tumbuhan tersebut, baik dari segi filotaksis daun, pertulangan daun, batang, hingga bentuk dari strobilus. Oleh karena itulah, perbedaan-perbedaan tersebut menjadikan kedua tumbuhan ini tergolong dalam kelas yang berbeda. Gnetum gnemon pada habitus batangnya terlihat berjebis pohon karena keras dan berkayu. Gnetum gnemon sumbu batangnya dari pangkal hingga ujung tidak terlihat jelas, maka jenis batang yang seperti ini disebut simpodial. Filotaksis daun Gnetum gnemon terlihat berhadapan. Daun ini terlihat tunggal dan pada pertulangan daunnya terlihat menyirip, seperti sirip ikan. Tepi daun Gnetum gnemon terlihat rata.
Bentuk strobilusn Gnetum gnemon jantan dengan betina sangat berbeda. Pada betina, terlihat membulat besar dan berbentuk lonjong. Strobilus betina inilah biasanya dimanfaatkan sebagai sumber makanan dan dapat diolah sebagai makanan ringan berupa emping melinjo yang biasa dikenal oleh masyarakat Indonesia. Sedangkan pada jantan, strobilusnya berbentik bulatan kecil dan melingkari sumbu utama dari strobilus. Berbeda dengan strobilus betina, pada strobilus jantan tidak bisa dimanfaatkan untuk dibuat jenis makanan emping melinjo, namun dapat dimanfaatkan sebagai tambahan pelengkap pada sayur asam. Berikut ini adalah bentuk strobilus jantan dariGnetum gnemon:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwHISVpcniXtf2GXbqfqg2ucIGElkHEV2-cWD0kJGoKShdQfOFYb3Bu-le-cvtq469Kt_E1hJuwh62jGhoLPQn_h0nuvc3Qf1OngN5yRgnZ9KbvOyIIG_dHlw4ZL0Uf7Z3_6aSqv_jODTf/s1600/3.png
Tidak semua daerah atau wilayah bisa menjadi tempat pertumbuhan yang baik untuk gnetum gnemon atau tanaman melinjo ini. Tanaman melinjo ini memang dapat tumbuh di pegunungan yang berhawa lembab atau di dataran rendah yang relative kering, yaitu pada ketinggian 0-1200 m dpl. Namun lokasi yang baik untuk pertumbuhan tanaman melinjo adalah pada ketinggian 400 m dpl dan dengan curah hujan sekitar 3000 – 5000 mm/tahun merata sepanjang tahun. Pada lokasi tersebut gnetum gnemon akan berproduksi secara maksimal bahkan hingga 15 tahun lamanya. Di Indonesia tumbuhan melinjo tidak hanya dapat dijumpai di hutan dan perkebunan saja. Tanaman melinjo juga ditanama di pekarangan rumah atau kebun rumah dan dimanfaatkan oleh penduduk secara langsung. Bagian dari tanaman melinjo yang paling menguntungkan atau bermanfaat adalah buahnya. Setelah pohon melinjo berusia 5-6 tahun, buah-buah melinjo bisa mulai dipanen. Selama kurun waktu satu tahun, petani melinjo dapat memanen buah melinjo sebanyak dua kali. Sedangkan pemungutan bunga dan daun muda dapat dilakukan kapan saja. Hasil melinjo per pohon untuk tanaman melinjo yang sudah dewasa bervariasi antara 15.000-20.000 biji.
Gnetum gnemon telah lama dikenal sebagai tanaman yang memiliki banyak manfaat. Hampir seluruh bagian tanaman ini memiliki manfaat bagi kehidupan manusia, dari mulai buah, biji, daun, hingga batangnya. Daun, buah serta bijinya biasa direbus atau dimasak, contohnya saja sayur asam dan tongseng kulit melinjo. Bijinya bisa disangrai dan dijadikan emping melinjo yang enak. Sedangkan batangnya bisa digunakan sebagai bahan papan dan alat rumah tangga sederhana, dan ratingnya yang kering bisa dimanfaatkan untuk kayu bakar. Banyaknya manfaat dari tanaman gnetum gnemon atau melinjo ini yang membuatnya banyak dibudi dayakan orang. Selain manfaat tersebut di atas, dipercaya juga bahwa buah melinjo, khususnya bijinya, memiliki kandungan nutrisi yang sangat bermanfaat menyembuhkan penyakit yang disebabkan bakteri. Menurut penelitian para ahli buah melinjo  menghasilkan senyawa antioksidan. Aktivitas antioksidan ini diperoleh dari konsentrasi protein tinggi, 9-10 persen dalam tiap biji melinjo. Protein utamanya berukuran 30 kilo  Dalton yang amat efektif untuk menghabisi radikal bebas yang menjadi penyebab berbagai macam penyakit. Meskipun buah melinjo memiliki manfaat yang baik dalam memerangi radikal bebas, namun konsumsi yang berlebihan juga tidak baik bagi kesehatan. Hal tersebut dikarenakan melinjo memiliki kandungan yang bernama purin, yaitu zat yang bisa menyebabkan asam urat. Karenanya mengkonsumsi buah atau olahan buah melinjo yang belebihan sangat tidak disarankan. Namun, apabila tidak dikonsumsi secara berlebihan dan cara pengolahannya benar tidak akan menyebabkan asam urat. Maka siapa saja yang memang menggemari masakah atau olahan dari buah melinjo, contohnya emping melinjo, haruslah teliti dalam membeli dan mengkonsumsinya makanan yang berasal dari tanaman gnetum gnemon.
 Perbedaan antara tumbuhan dari Family Cycadaceae, Pinaceae, dan Gnetaceae yaitu pada Cycadopsida memiliki daun majemuk, batangnya berjenis Monopodial dan distribusi seksnya dioecious. Sedangkan pada Coniferopsida, memiliki daun majemuk berbentuk jarum dengan batangnya berjenis monopodial dan distribusi seksnya monoceous. Kemudian pada Gnetopsida, daunnya tunggal bertulang daun menyirip, termsauk kedalam simpodial dan distribusi seksnya dioecious.
Pergiliran keturunan antara ketiga tumbuahn tersebut jelas. Terdiri dari dua fase, yaitu sporofit dan gametofit. Pada tumbuhan yang menghasilkan strobilus, tumbuhan tersebut berarti sedang dalam fase sporofit. Sedangkan ketika tidak ditemukan strobilus, maka fase yang sedang terjadi ialah fase gametofit. Pada saat terjadi fertilisasi, serbuk sari dari strobilus jantan akan berkecambah pada ovul yang terbuka dan selanjutnya akan menembus jaringan ovul.







F.     Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
1.      Ciri-ciri divisi pinophyta berdasarkan teori ialah berbiji terbuka. Setelah dilakukan pengamatan pada praktikum dengan menggunakan tiga spesimen yang tergolong divisi pinophyta, ternyata memang terlihat semua bijinya terbuka.
2.      Kelas-kelas yang terdapat pada pinophita memiliki kekhasan tersendiri dan menjadi faktor pembeda antar masing-masing kelas. Kelas Cycadopsida memiliki daun majemuk yang memanjang dengan distribusi seks dioecious. Sedangkan Kelas Gnetopsida memiliki daun tunggal yang pertulangan daunnya menyirip dan distribusi seksnya  dioecious. Pada kelas Coniferopsida, daunnya majemuk dengan bentuk jarum dan distribusi seksnya monoceous.
3.      Ciri khusus tumbuhan yang termasuk Pinophyta ialah memiliki biji yang terbuka berupa strobilus.
4.      Strobilus jantan Cycas rumphii terdapat di tengah dan berbentuk mengerucut. Sedangkan pada betina berlekuk-lekuk pada sisinya seperti keris dengan bulatan hijau besar pada ketiak sisi tersebut.
5.      Strobilus Pinus merkusii jantan memanjang dan ramping. Sedangkan betina lebih besar agak membulat, oval, dan memiliki lekukan-lekukan.
6.      Strobilus Gnetum gnemon jantan yaitu memiliki bulatan kecil dan mengelilingi subu strobilus. Sedangkan pada betina lebih besar dan berbentuk lonjong.










Daftar Pustaka

Campbell, A Neil. 2008. Biologi Jilid 2 Edisi Kedelapan. Jakarta:  Erlangga.
Kimball, John W. 1999. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Mulyani, Asep dkk. 2014. Panduan Praktikum Botani Phanerogamae. Cirebon: IAIN Syekh Nurjati.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan (Spermathophyta).     Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
http://www.plantamor.com/index.php?plant=432 (Diakses pada tanggal 04 April 2015 pukul 13.00 WIB)
http://www.plantamor.com/index.php?plant=633 (Diakses pada tanggal 04 April 2015  pukul 13.20 WIB)






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar